Menguji Integritas Pemimpin Dengan Kekuasaan yang Diberikan

“Hampir semua orang bisa bertahan menghadapi penderitaan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter seseorang, berilah ia kekuasaan.”~ Abraham Lincoln

abraham Lincoln

Jabatan dan kekuasaan sejatinya ialah sebuah alat untuk melayani pemangku kepentingan dengan sikap rendah hati dan penuh integritas. Dalam realitasnya, kita selalu melihat seseorang yang sebelum mendapatkan kekuasaan dan jabatan terlihat sangat jujur dan rendah hati; setelah mendapatkan jabatan dan kekuasaan menjadi lupa diri untuk bersikap rendah hati, dan lupa diri untuk melayani pekerjaannya dari integritas pribadi yang jujur.

Kualitas kepemimpinan seseorang tidaklah dapat diukur saat dirinya berambisi untuk mendapatkan sebuah kekuasaan ataupun jabatan. Biasanya, secara normatif orang-orang yang haus kekuasaan akan menyempurnakan dirinya untuk terlihat sangat berintegritas tinggi. Mereka akan memoles diri layaknya seorang aktor dan aktris film yang memainkan sebuah karakter dengan totalitas sesuai skenario. Karena watak aslinya tidak sesuai dengan karakter yang ditampilkan kepada publik, maka setelah mendapatkan jabatan dan kekuasaan, karakter aslinya yang muncul. Dan di sini, publik akan merasa kecewa, karena telah salah pilih pemimpin. Dalam hal ini, sejatinya publik tidaklah salah, tetapi sikap tidak etis dan tidak sejati dari penampilan pemimpin tersebutlah yang telah membohongi mata dan persepsi publik.

Kesadaran untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan kualitas dan integritas yang tinggi, akan menyempurnakan perilaku kepemimpinan tersebut. Sikap kepemimpinan yang sepenuh hati, serta cerdas memberdayakan potensi dirinya untuk melayani kebaikan, akan menjadi energi positif untuk kemajuan semua pihak yang dipimpin.

Setelah mendapatkan jabatan dan kekuasaan, seorang pemimpin yang berkualitas pasti akanmenyempurnakan kemampuan untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas dari semua rencana dan tindakan. Dalam prosesnya, ia akan bekerja dan bertindak dengan konsisten bersama integritas pribadi dan organisasi yang ia pimpin. Termasuk, menjadi lebih produktif dan efektif dalam berhubungan dengan pemangku kepentingan.

Mengutip kata- kata John C. Maxwell bahwa kekuasaan benar-benar menguji karakter seseorang. Di tangan orang yang berintegritas, kekuasaan akan mendatangkan manfaat yang luar biasa; di tangan seorang tiran, kerusakan yang akan ditimbulkannya pun sangat dahsyat. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran integritas yang tinggi, dan tidak dangkal. Bila pemahaman integritasnya dangkal, maka hubungan pemimpin dengan pemangku kepentingan akan terjebak dalam hubungan kepentingan, bukan hubungan pelayanan dan tanggung jawab. Jadi, diperlukan pemahaman kepemimpinan dari suatu dimensi kehidupan yang sangat luas, dan tidak terbatas pada koneksi dalam hubungan sempit.

Dengan kesadaran, seorang pemimpin mampusepenuhnya terlibat dalam kehidupan pelayanan dari hati. Kesadaran penginderaan kepemimpinandalam sensitifitas terhadap harapan dan kebutuhan publik, akan menjadikan kepemimpinan tersebut kuat dan bersatupadu dengan masyarakat luas. Pemimpin yang melayani publik dengan integritas akan membebaskan dirinya dari pengkodisian pura-pura atau tidak sepenuh hati.

Kecerdasan pemimpin untuk selalu menjaga pikiran tetap jernih dan emosi tetap cerdas, akan menjadikan pemimpin tersebut hidup dalam kualitas yang membanggakan semua pemangku kepentingan.

Integritas pribadi dengan kualitas kompetensi yang terpuji akan meningkatkan hubungan dasar antarakekuasaan dan kepemimpinan. Bila hubungan antara kekuasaan dan kepemimpinan terbentuk dalam sikap rendah hati, dan sikap melayani dari hati, maka semua hubungan transaksional juga akan mematuhi etika dan integritas.

Pemimpin yang berkualitas selalu cerdas untuk membangun persepsi kekuasaannya dari perilakuyang melayani dan berkontribusi untuk harapan, visi, tujuan, impian, dan kebutuhan orang banyak. Hubungan antara kekuasaan pribadi, kekuasaan organisasi, dan kekuasaan kepemimpinan, selalu dapat dipisahkan melalui sistem kerja dan perilaku kerja yang jelas.

Organisasi dan pemangku kepentingan membutuhkan energi baik untuk membuat pelayanan dan tanggung jawab kepemimpinan tersebut terhubung dalam kebahagiaan dan kedamaian. Diperlukan sikap dan perilaku kepemimpinan yang fokus pada semua hal baik dalam pola hidup pemimpin tersebut. Jika pemimpin ingin selamanya dihormati dan dihargai dalam kerinduan publik, maka dia harus terlebih dahulu menghargai dan menghormati semua harapan dan kebutuhan publik, dengan sepenuh hati dalam sikap rendah hati.

Setiap pemimpin muncul atau dilahirkan dengan batas waktu. Kehadiran seorang pemimpin bertujuan untuk mengisi kebaikan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan dalam pelayanan dan tanggung jawab yang dimiliki. Tidaklah cerdas bila waktu yang terbatas itu digunakan untuk hal-hal yang merusak kebaikan dan merusak kebahagiaan. Pemimpin cerdas pastilah bekerja untuk menjadi berguna dengan waktu terbatas yang dia miliki. Dia juga akan selalu ingat bahwa setiap bangun pagi waktunya berkurang untuk memberikan pelayanan, dan waktunya akan terus berjalan sambil menghitung jumlah yang terus berkurang setiap hari, sehingga suatu saat waktunya sebagai pemimpin pastilah habis, dan saat itu dirinya akan digantikan pemimpin baru. Pemimpin cerdas selalu tahu untuk meninggalkan warisan kinerja, prestasi, integritas, tata kelola, dan kenangan indah dirinya sebagai pemimpin yang dicintai publik untuk selamanya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Menguji Integritas Pemimpin Dengan Kekuasaan yang Diberikan"

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak dan positif, komentar yang masuk dalam kategori spam akan dihapus dan juga komentar yang menyertakan link aktif akan dihapus pula. Terima Kasih